Kamis, 09 Agustus 2012

Mereka yang pernah hadir : Manis Pahit


Setelah Duo Manis minggat, cukup lama kami tidak memelihara kucing. Istilahnya saat itu kami berpikir, kalo ada syukur kalo tidak yah tidak apa-apa. Status kami saat itu adalah ’jomblo’ di dunia memelihara kucing.

Sampai suatu hari muncul seekor kucing entah dari mana. Warnanya kuning pucat, dan karena kebetulan dia betina kami pun langsung memanggilnya si Manis. Ok, memang perbendaharaan kami tentang nama-nama kucing payah, tapi ya hanya itu nama yang terpikir. Si Manis edisi terbaru ini juga sudah dewasa, bahkan dia lagi hamil. Mungkin dia nongol di rumah kami saat sedang sibuk mencari tempat beranak.

Jadilah si Manis tinggal bersama kami hingga akhirnya dia melahirkan. Dia melahirkan tiga ekor anak yang jujur saja membuatku bergidik. Yah anak-anak kucing itu masih begitu kecil dan botak. Belum berbulu. Mirip tikus. Dan anehnya sodara-sodara... si Manis sebagai induk enggan mengasuh mereka. Tidak juga mau menyusui. Hanya sibuk ingin bermain bersama kami. Mungkin dia sedang mengalami sindrom Baby Blues atau emang blom puas ajah bermain-main karena keburu hamil, entahlah. Nyokap yang harus turun tangan mengurus bayi-bayi itu dengan memberi air tajin sebagai pengganti susu, sementara si Manis yang meskipun sudah kami paksa (sengaja menidurkannya di samping bayi-bayinya) tetap enggan. Hingga akhirnya bayi-bayi itu pun mati.

Setelah bayinya mati, si Manis menghilang. Minggat entah ke mana. Hingga suatu hari dia muncul, lagi-lagi dengan perut gendut ingin melahirkan. Mungkin dia berpikir rumah kami itu adalah tempat bersalin yang sangat pas, ya hehe... Nah kali ini dia melahirkan di luar rumah, di sebuah bak kosong. Dan lagi-lagi dia terkena sindrom Baby Blues hingga kami bahkan pernah sampai menutup bak itu dengan papan agar dia tidak kabur meninggalkan anak-anaknya, tapi ya tetap saja dia enggan merawat mereka. Hingga akhirnya kembali lagi bayi-bayi itu mati.

Kami tentu saja sangat sedih dan kesal kepada si Manis yang kayaknya gak bertanggung jawab. Entah kenapa dia ogah mengurusi anak-anaknya. Tapi setelah kematian anak-anaknya yang terakhir si Manis seperti stress gituh. Dia sering mengeong tanpa alasan dan kayak mencari-cari. Nyokap bilang sih dia mungkin kecarian dan terbayang anak-anaknya. Atau mungkin menyesal. Entahlah.

Si Manis terus saja bertingkah aneh hingga suatu malam saat kami sekeluarga sedang duduk santai di luar rumah, dia terlihat di seberang jalan. Rumah kami memang terletak tepat di tepi jalan lintas Sumatera yang ramai. Lalu tanpa aba-aba dia pun berlari menyeberang dan tertabrak mobil. Kami yang melihat langsung kejadian itu langsung histeris. Akhirnya aku dan nyokap menghampiri si Manis yang sudah tergolek tak bergerak. Tubuhnya lembek sekali. Lalu mengangkat dan menguburnya di kebun seberang jalan itu.

Sampai sekarang aku masih suka gak kuat kalo melihat kucing menyeberang dan kayak kebingungan di tengah jalan. Jadi ingat si Manis yang menjalani hidup yang pahit. Namun setiap ingat si Manis, aku jadi berpikir ada kalanya kita harus lebih kuat meskipun sedang mengalami hal-hal yang tidak kita inginkan. Seperti dia terhadap anak-anaknya.

Pelajaran :
Lakukan dan terima dengan iklas apa pun yang kita temui di perjalanan hidup. Melarikan diri atau menolak bertanggung jawab atasnya hanya akan menyisakan penyesalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar