Sabtu, 25 Agustus 2012

Mereka yang pernah hadir : Lima Sekawan bag.3


Ada banyak kucing-kucing di sekitar kami. Tetangga kami juga memelihara kucing, tapi mungkin perlakuan mereka tidak sama seperti kami. Bisa dibilang kami terlalu memanjakan binatang-binatang egois itu sampai pada level yang berbahaya *lebay*.

Kucing-kucing di rumah kami makan bukan dari sisa makanan kami. Meskipun tidak memakan catfood kalengan yang harganya pasti tidak terlalu bersahabat buat kami saat itu. Kami selalu membelikan mereka ikan khusus, hingga akhirnya Nyokap memutuskan berlangganan dengan seorang tukang ikan keliling supaya tidak terlalu repot tentang kesediaan bahan makanan kucing peliharaan kami.

Hingga pada suatu hari, entah bagaimana kucing-kucing itu mulai berguguran satu per satu. Mungkin keracunan ikan atau entah apa karena anjing kami yang juga memakan ikan yang sama tidak mengalami kejadian aneh. Mungkin karena kucing-kucing itu awalnya berasal dari jalanan sehingga sudah membawa penyakit masing-masing.

Kucing yang pertama mati adalah Piko. Dia aku temukan tergolek di lantai dekat kamar mandi saat aku akan mandi di pagi itu. Lalu beberapa hari kemudian Nike menghilang sebelum akhirnya kami temukan dia tergolek mati di dalam bak kosong di sebelah rumah. Kesedihan kami masih belum berakhir karena suatu hari hidung Bopi selalu mengeluarkan darah segar dan dia pun menyusul mati.

Hingga suatu hari saat kami pulang sekolah, Nyokap menyambut dengan mata sembab dan mengabarkan Bola juga sudah mati. Kami sekeluarga pun berkabung atas kejadian itu. Ketika yang tersisa akhirnya Tauco, kami selalu diliputi kecemasan tentang kapan dia akan menyusul teman-temannya yang lain. Tapi dia masih bertahan, meskipun kondisinya tidak terlalu baik. Kami berusaha merawatnya, memberinya makan, bahkan mengobatinya. Dan ketika kondisinya terlihat mulai membaik, mendadak saja dia menghilang. Berhari-hari kami mencarinya hingga ketika akhirnya menemukannya juga sudah dalam kondisi tak bernyawa.

Saat itu kami tak lelah mengutuki tukang ikan yang mungkin begitu tega tetap menjual ikan-ikan yang sudah tidak layak dan Nyokap berhenti berlangganan dengannya. Terlepas apakah memang ikan itu yang menjadi biang kerok atau bukan, tapi kami terlanjur patah hati atas kehilangan yang terlalu beruntun itu.

Bahkan sampai sekarang aku masih bersedih jika mengingatnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar