Aku tidak ingat pastinya kapan, tapi seekor kucing berwarna kuning cemerlang dengan liris dan bola cokelat muncul di rumah kami. Nyokap sangat menyayangi kucing yang bossy itu dan langsung menamainya Tauco. Tauco kalo digambarkan serupa perempuan cantik yang nge-boss. Dia yang mengatur kapan pengen disentuh atau tidak. Dan karena Nyokap sangat sayang kepadanya sudah barang tentu kami jarang dapat kesempatan bermain dengannya.
Hingga suatu sore
ketika kami sedang bermain di halaman, mendadak kami melihat anak-anak tetangga
sedang mem-bully seekor kucing berwarna kuning seperti Tauco. Kami pun langsung
bertindak untuk menyelamatkannya sembari berkata, ”Itu kucing kami!”. Anak-anak
pembully itu pun melepaskan kucing malang itu dan langsung kami bawa pulang. Nah
ketika tiba di dalam ternyata si Tauco sedang asik pulas di pangkuan nyokap.
Jika itu Tauco, lantas kucing yang kami bawa ini siapa? Apalagi setelah
diteliti ternyata leher kucing malang ini terluka seperti digigit. Kami tidak
tega membuangnya, dan karena itu kami pun memeliharanya dan menamainya Niki.
Luka di leher Niki kami rawat hingga sembuh. Niki adalah kucing jantan yang
tidak banyak tingkah plus tak berdaya ketika dibully. Apalagi oleh Tauco yang
nge-boss. Tapi setidaknya sekarang kami punya kucing untuk bermain.
Setelahnya
kucing-kucing lain bermunculan. Kucing ketiga yang muncul adalah Piko dengan
warna abu-abu plus liris hitam di tubuhnya. Piko juga muncul entah dari mana
dan sifatnya mirip dengan Tauco meskipun dia jantan. Sehingga bisa dibayangkan
bagaimana mereka saat sedang makan. Bisa brantem.
Tidak lama
setelah Piko muncul kucing betina lain yang karena motif bulunya dinamai Nyokap
si Bola. Setelah kehadirannya, porsi si Tauco pun berkurang karena sekarang
Nyokap lebih senang bermain dengan si Bola. Hal ini membuat si Tauco mulai
menurunkan gengsinya dan mau ’bergaul’ dengan kami.
Dan setelah Bola,
muncul lagi seekor kucing. Kali ini kucing itu sangat berbeda dari
kucing-kucing sebelumnya yang berekor pendek. Kucing ini berwarna abu-abu dan
ekornya lurus panjang. Kami pun menamainya si Bopi.
Nah, sudah ada
lima ekor kucing dan kami bisa sama-sama menikmati saat-saat bahagia bermain
dengan mereka. Tauco, Niki, Piko, Bola, dan Bopi. Kucing-kucing lucu yang saat
jam makan tiba semuanya tetap kami panggil dengan satu panggilan : Manis.
Hahaha... Mungkin
kami memang gak pernah bisa move-on dari kenangan ’Manis’?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar