Ortu kami punya langganan bidan yang sering juga bertugas ganda sebagai dokter anak. Dia bidan yang sangat baik dan sabar, kami bahkan sering dikasih vitamin gratis. Nah bu bidan ini juga memelihara buanyak sekali kucing. Ada beberapa yang disterilkan agar komunitasnya tidak meledak.
Nah suatu hari
saat nyokap membawa adik berobat, maka mereka ngobrol ngalor ngidul dan entah
bagaimana akhirnya ketika pulang mereka membawa seekor kucing. Kucing betina
itu sudah disteril dan lucu sekali. Dan lagi-lagi kami namai dia si Manis.
Tapi berbeda
dengan generasi yang sebelumnya, si Manis yang ini beneran manis. Dia suka
sekali bermanja-manja dan kami pun akhirnya menikmati waktu berkualitas (halah)
bermain dengan kucing. Si Manis suka menguntit kami kemana pun dan tidak lupa
membelai-belaikan tubuhnya ke kaki kami ketika kami sedang makan. Pokoknya si
Manis menjadi idola di rumah deh.
Si Manis juga
suka mengendap-endap ke tempat tidur untuk tidur bersama-sama kami. Rasanya
lucu ketika bisa merasakan bulunya yang lembut dan hangat, apalagi kalo dia
sudah tidur di dekat telinga. Dengkurannya yang halus bikin kami gemes. Ortu
selalu melarang kami membawa si Manis bobo bareng, tapi entah bagaimana si
Manis tetap saja nekad. Yah, mungkin dia berjiwa sosialita hehe... Si Manis kucing gaul (halah).
Hingga suatu pagi
ketika kami bangun seperti biasa, tidak lagi terdengar dengkuran si Manis.
Bulunya yang lembut juga tidak hangat. Akhirnya kami sadar si Manis sudah mati.
Mungkin tanpa sadar tergencet oleh adik kami.
Kami sangat sedih
kehilangan si Manis yang sudah menemani kami dengan manisnya selama beberapa
bulan itu. Meskipun kebersamaan kami singkat, tapi kenangan si Manis tetap
tertinggal hingga sekarang.
Pelajaran :
Bahaya selalu
mengintai, bahkan dalam bentuk yang paling tidak berbahaya. Waspadalah...
Waspadalah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar