Jumat, 27 Juli 2012

Puasa atau 'Puasa'?

Hari ini seperti biasa aku pulang diantar angkot yang baik hati. Ya, baik hati karena meskipun penumpangnya belum terlalu penuh, namun pak sopir tetap membawa angkot dengan kecepatan yang wajar. Kecepatan yang tidak akan mengaduk-aduk isi perut dan kepala. Jika aku saja yang tidak menjalankan ibadah puasa bisa mual dan pusing, lah gimana lagi dengan penumpang lain yang mungkin sedang berpuasa?

Syukurlah hal itu tidak terjadi, terima kasih kepada sopir angkot yang baik hati.

Namun lepas dari penderitaan guncangan di angkot serampangan, maka muncul lagi derita lainnya. Kok bisa? Iya tuh, soalnya di sepanjang jalan sudah berderet dengan manis para penjaja makanan untuk berbuka. Beraneka ragam makanan kecil hingga yang berat berjejer rapi memamerkan hidangan warna warni beragam bentuk yang jujur saja membuat liurku menitik.

Waduh, aku yang tidak berpuasa ajah rasanya pengen menghambur turun menghampiri kue-kue yang rasanya pasti enak itu, gimana dengan yang puasa ya? Oke, itu tadi hanya di benakku saja yang emang suka keranjingan malah paling rajin mengingatkan staff yang berpuasa untuk berburu tajil (aku pastinya ikutan nitip hihi).

Namun kejadian itu lantas membuatku malu sendiri sekaligus semakin kagum dengan orang-orang yang sanggup menjalankan ibadah berpuasa tanpa terpengaruh dengan pajangan yang memancing liur itu. Mereka bisa dengan bersahaja beribadah bahkan di saat berbuka tidak lantas menuruti hawa nafsunya untuk menyantap makanan dengan berlebihan. Berapa banyak kita lihat orang-orang yang begitu bernafsu dan lupa diri kala waktu berbuka tiba? Mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu berbuka untuk bersantap sepuasnya dan melupakan sholat. Bagi mereka bersantap lebih penting ketimbang 'menghadap' kepadaNya sekedar untuk menyampaikan syukur karena telah diberi kekuatan untuk beribadah penuh hari itu.

Sering kita lihat di tayangan televisi suasana selama bulan Ramadhan di negara-negara lain, bahkan yang benar-benar negara muslim. Tidak ada keriuhan seperti yang kita saksinya di negara kita. Orang-orang membeli kebutuhan secukupnya dan sepantasnya. Pokoknya serba bertolak belakang dengan kondisi di negara kita yang orang-orangnya terlihat lebih heboh. Itu terlihat dari kenaikan harga selama puasa, hal yang seharusnya tidak terjadi dimana saat puasa seharusnya konsumsi menurun. Tapi kenyataannya tidak demikian. Hal itu terlihat dari kesibukan di pasar. Semua kebutuhan habis diborong. Semua ingin menyantap yang 'istimewa' selama bulan puasa. Orang-orang berbelanja habis-habisan lebih karena dorongan 'keinginan' bukan lagi 'kebutuhan'.

Bulan Ramadhan yang sejatinya adalah bulan di mana kita semua (muslim / non-muslim) melatih diri, kenapa yang ada malah umbar nafsu? Sedang menjalankan ibadah puasa atau 'puasa'?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar